Selasa, 02 Mei 2017

Ngaji Blog ke Dedengkotnya Bahasa Indonesia


Ngaji itu menuntut ilmu. Wajib hukumnya biar tambah pinter biarpun udah merasa ganteng dan kece seperti saya pinter.
Saat acara Germas 21 April 2017 di Hotel Savoy Homann, saya berkesempatan ngaji lagi soal blog, kali ini ke dedengkotnya Bahasa Indonesia.
"Kekuatan deskripsi bisa mengalahkan pengambaran apa pun," kata Mas Anwari, lewat trma Mengulik Bahasa, Memaksimal Nilai Blog.
Contohnya film Harry Potter. Meskipun filmnya banyak dipuji, tapi masyarakat lebih suka versi novelnya karena penggambaran deskripsinya begitu kuat.
Blogger pun harus seperti itu. Apalagi peran blogger sangat vital. Ketika masyarakat disuguhi berita yang simpang siur dari media-media massa. Bloggerlah yang berperan mengimbangi dengan berita-berita yang benar.
Tantangan blogger dalam menulis selain isi : bahasa. Kalau bahasanya baik, menarik, dan tidak kepanjangan, maka pembaca enak membacanya.
TEST CASE
1. Judul
Misal
"Ini Bahayanya Jika Tidur Sambil Kenakan Bra".
Analisa : judul masih ambigu. Apakah tidurnya mengenakan bra jadi bahaya, atau justru lagi enak-enak tidur lalu ngelindur memakai bra.
2. Isi
Misal :
"Berbalut infus, Julia Perez menyapa awak media yang menunggunya sejak siang...."
Analisa : Infus bentuknya selang. Apa mungkin cara pakainya dibalutkan?
Misal :
"Awalnya karena memang aku tadinya melihat ada opportunity di bidang communication, jadi mengapa tidak aku mencoba masuk ke industri itu, karena tokh belum banyak yang melirik ke bisnis di bidang itu."
Analisa : Kalimat kepanjangan. Sederhananya, untuk mengukur suatu kalimat kepanjangan atau tidak, coba bacakan kalimat itu. Kalau kehabisan napas di tengah-tengah kalimat, berarti kalimat kepanjangan.
FOLLOW UP
Dengan memahami kesalahan di atas, blogger diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bahasanya. Blogger harus tetap belajar, bukan agar terlihat pintar di depan pembacanya, tapi agar pembacanya menjadi pintar.